Judul :Being 20 something is hard!
Penulis :Dewi Pravitasari
Tebal :378
Penerbit :Diwan Publishing
Ingin pesan ? Lihat caranya disini
harga di Opioci: 20.000
Kondisi : Bagus
Sinopsis :
Saraswati Senotono
(Sara) adalah seorang psikolog cantik yang cukup sukses lewat klinik
ngetop yang didirikan bersama rekan-rekan seniornya. Profesi yang
dijalaninya menuntut Sara untuk dapat selalu objektif dalam membantu
memecahkan masalah klien-kliennya.
Setelah dapat menghindar
selama 4 tahun lamanya, suatu hari Sara harus dihadapkan pada kenyataan
akan kembalinya sang Mantan Pacar (Zani) yang
pernah menggoreskan
sejarah kelam bagi dirinya. Di sini Sara harus dapat memisahkan masalah
profesionalisme dengan masalah pribadinya, mengingat Zani adalah seorang
klien yang harus tetap dilayani dengan baik.
Tidak hanya itu, di
hari yang sama Sara pun tak sengaja bertemu dengan kakak tiri Zani
(Radit) yang pernah juga menjadi seseorang yang spesial dalam hidupnya.
Pertemuan dengan mereka berdua membawa Sara pada kenangan masa lalu,
dengan sejarah kelam di pertengahan umur 20-an., masa di mana ia tidak
bisa memecahkan masalahnya sendiri.
“ Being Twenty-Something is
Hard ” menceritakan tentang beratnya hidup yang dijalani oleh orang
dalam fase umur 20 hingga 29 tahun, dan sebagian orang di awal umur
30-an. Semua orang muda ingin hidup ideal, hidup yang bahagia dan sesuai
dengan yang diinginkannya, tanpa harus bersusah payah atau bersyukur
atas apa yang telah dimilikinya. Hal itu wajar, karena di fase ini
mereka masih memiliki ambisi yang besar, mimpi setinggi langit serta
energi yang luar biasa besar. Padahal hidup itu tidak selalu ideal,
bahkan lebih sering terasa pahit. Pada akhirnya yang timbul adalah
stress, khawatir dan kegelisahan karena tak bisa menerima kenyataan.
Hal
itu pun dirasakan Saraswati. Pergantian dari fase remaja menjadi
dewasa, dengan segala idealisme pribadi, belum lagi tuntutan orang tua,
menceburkan Saraswati dalam sebuah krisis umur 20-an, yang sering
disebut Quarter Life Crisis. Keinginan menikah yang tidak menjadi
kenyataan pernah menyebabkan dirinya stress berat dan bahkan menjadi
seorang alkoholik. Selain Saraswati, akan ada juga tokoh-tokoh lain yang
memiliki kekhawatiran yang sama tentang hidup, meski faktor yang
menyebabkannya tidak selalu sama.
Lewat rehabilitasi yang
dijalaninya, Saraswati akhirnya sadar bahwa masih banyak orang yang
lebih tak beruntung dibanding dirinya. Kesadaran itu membuatnya kuat dan
mampu meneruskan hidup, serta dapat menilai hidup dengan lebih
bijaksana. Melalui perjalanan hidup ini, pembaca akan turut merasakan
bagaimana konflik demi konflik yang dihadapi seseorang dapat membantu
mendewasakan dirinya.
Klimaks cerita terjadi saat sang tokoh
utama dihadapkan pada sebuah kenyataan yang jauh lebih pahit, sesuatu
yang tak pernah dibayangkan oleh siapapun. Di sini pembaca akan melihat
bahwa hidup itu bukan lagi tentang mimpi. Manusia harus menerima realita
takdirnya, dan juga harus bersyukur atas hikmah yang ada di balik
setiap kejadian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar